RESUME (Al-Maqmat : Tobat, Zuhud, Wara' )
IDENTITAS
NIM : 72154050
Prodi/Sem. : Sistem Informasi 1/ Semester 3
Fakultas : Sains dan Teknologi
PerguruanTinggi : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
DosenPengampu : Dr. Ja’far, M.A
Matakuliah : Akhlak Tasawuf
TEMA :
Taubat, Wara’ , dan Zuhud (Hirarki al-Maqam)
BUKU 1 : Gerbang Tasawuf (Dimensi
Teoritis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi)
IdentitasBuku :
Ja’far, GerbangTasawuf (Medan: Perdana
Publishing, 2016)
Sub 1 :Taubat
Dirangkum menurut
Ja’far(2016:57-62):
Istilah tobat
berasal dari bahasa Arab, taba, yatubu, tobatan, yang artinya kembali, dan
disebut oleh Al-Qur’an sebanyak 87 kali dalam berbagai bentuk. Al-Qur’an menyebutkan bahwa di
antara sifat Allah adalah tawwabyang
disebut sebanyak 8 kali, dan tawwaba yang disebut 3 kali. Data ini
menunjukkan bahwa konsep tobat sanga penting dalam ajaran islam. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, tobat bermakna “sadar dan menyesal akan
dosa(perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku
dan perbuatan”. Maqam tobat
(al-taubah) merupakan maqam pertama dari delapan maqam yang
harus dilewati oleh seorang salik(pejuang sufi) dan diraih dengan menjalankan
ibadah, mujahadah, dan riyadah.
Nashr al – Din
al – Thusi adalah seorang kaum sufi yang memumpuni dalam bidang fisafat dan
sains, menejalaskan tobat sebagai al – maqam pertama yang disepakati oleh kaum
sufi, menurutnya syarat tobat adalah pengetahuan terhadap bentu amalan yang
akan membawak manfaat dan mudarat. Nashr al – Din al – Thusi juga mengatakan
bahwa tobat memiliki 2 syarat yaitu : membuat suatu itikad untuk tidak
melakukan dosa dimasa depan, dab bersabar dengan itikad tersebut sebab
seseorang akan sangat mudah tergoda untuk melakukan dosa.
Dalam sunan Ibn Majah, Disebutkan
:
عن أ بي هر ير ة عن النبي صلى ا لله عليه و سلم قا ل إ ن ا لله عز و جل و أ
فر ح بتو بة أ حد كم منه بضا لته إ ذ و جد ها.
Dari Abi Huraairah dari Nabi
Muhammad Saw. Berkata sesungguhnya Allah ‘Azza wa jalla lebih gembira dengan
tobat salah seorang diantara kalian daripada kegembiraan seseorang ketika
menemukan kembali barangnya yang hilang.
Menurut
beberapa pemaparan dari ahli – ahli yang disebutkan diatas, dapat dibuat sebuah
kesimpulan, yakni untuk manusia yang dikategorikan sedang tobat terbagi menjadi
empat tingkat, yaitu :
1. seorang hamba melakukan maksiat dan bertaubat, serta
istkamah sampai akhir hidupnya, inilah tingkatan tobat para Nabi dan rasul.
2. seorang hamba bertaubat,istikomah menjalankan ibadah
dan meninggalkan dosa-dosa besar, tetapi tidak dapat terlepas dari dosa-dosa
yang dilakukan tanpa sengaja dan menyseali pernuatan dosa yang dilakukan tanpa
sengaja tersebut.
3. seorang hamba bertobat secara terus menerus sampai
akhirnya nafsu syahwat mengalahkannya sehingga ia melakukan sebagian dosa.
Hamba tersebut rajin beribadah, meninggalkan sejumlah dosa, meskipun terkadang
kalah dengan godaan hawa nafsu sehingga melakukan sebahagian dosa.
4. seseorang hamba bertaubat, tetapi akhirnya kembali
melakukan pernuatan dosa, dan ia sama sekali tidak menyesali perbuatannya
tersebut.
Sub 2 :Wara’
Kata
wara berasal dari bahasa arab, wara’a yari’u,wara’an yang bermakna berati-hati,
tetapi dalam kamus bahasa indonesia warak bermakna “patuh dan taat kepada
Allah”. Di dunia tasawuf, kata warak ditandai dengan kehati-hatian dan
kewaspadaan tinggi.
Al-Qusyairi
menjelaskan bahwa “wara’ adalah meninggalkan segala hal yang syubhat. Ibrahim
bin Adam berkata, “wara’ adalah meninggalkan hal-hal yang syuhbat dan segala
hal yang tidak pasti yakni meninggalkan hal-hal yang tidak berfaedah. Yahya bin
Mu’az berkata “wara’ terbagi menjadi dua, wara lahir yaitu semua gerak
aktivitas hanya tertuju kepada Allah SWT., dan wara batin yaitu hati yang tidak
dimasuki apapun kecuali hanya mengingat Allah Swt.
.
Beberapa kaum sufi mempunyai pendapat tentang wara’, diantaranya :
1) Al – Qusyairi menjelaskan wara’
adalah meninggalkan segala hal yang syubhat.
2) Ibrahim bin Adam berkata wara’ adalah
meninggalkan segala sesuatu yang ada didunia yang tidak berfaedah.
3) Yahya bin Mu’az berkata wara’ yaitu
hati yang tidak dimasuki apapun kecuali hanya mengingat Allah Swt.
4) Ibn Qayyim al – Jauziyah menjelaskan
wara’ adalah menjaga diri dari perbuatan dan barang haram dan syubhat(Ja’far,Gerbang Tasawuf:2016,63).
Sub 3 :Zuhud
Kata zuhud
berasal dari bahasa arab “zahada, yazhudu, zuhdan” yang artinya menjauhkan
diri, tidak menjadi berkeinginan, dan tidak tertarik. Jika dikamus bahasa
Indonesia zuhud berarti perihal meninggalkan keduniawian, pertapaan. Dan dalam
Al – Quran kata zuhud memang tidak digunakan melainkan kata al – zahidin.
Dalil – dalil
yang menyebutkan tentang zuhud adalah Q.S al – Qashash / 27:79-80; Q.S al –
Syura/42:20; Q.S Thaha/20:131; Q.S Ibrahim/14:3 dan Q.S al – Nisa/4:77
Dalam Q.S al – Nahl/16:106 – 109,
Allah Swt. Berfirman :
“Barangsiapa yang kafir kepada
Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang
dipaksa kafr padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa),
akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan
Allah menimpanya dan baginya adzab yang besar. (QS. 16:106) Yang demikian itu
disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari
akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.
(QS. 16:107) Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan
penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang
yang lalai. (QS. 16:108) Pastilah bahwa mereka di akhirat nanti adalah
orang-orang yang merugi. (QS. 16:109)” (an-Nahl:
106-109)
Para
sufi memberikan banyak penjelasan mengenai hakikat zuhud. Junaid mengatakan
bahwa zuhud adalah “tangan seseorang kosong dari kepemilikan dan kekosongan
hati dari amnisi.”Menurut al-Qusyairi, “ zuhud adalah meninggalkan yang haram,
karena yang halal dibolehkan oleh Allah Swt... zuhud adalah meninggalkan yang
haram adalah wajib dan meninggalkan halal adalah keutamaan..” Abu Ali al-Daqaq
berkata,” zuhud adaah sikap anti kemewahan dunia..” Ibn jalla berkata, “zuhud
adalah memandang kehidupan dunia hanya sekedar pergeseran bentuk yang tidak
memiliki arti dalam pandangan, sehingga ia akan menjadi sirna” (Ja’far,Gerbang
Tasawuf:2016,66).
Kesimpulan
Tingkatan –
tingkatan dalam al-maqamat yaitu tahapan – tahapan menuju kepada allah dalam
arti mensucikan diri untuk sampai kepada allah adalah tiga diantaranya yang
disebutkan diatas.
Tiga tingkatan pertama yang disebutkan diatas dalam
al-maqam merupakan awal
tingkatan dasar yang menjadi syarat – syarat sebelum
dapat melanjutkan kepada tingkatan yang selanjutnya, agar tahapan – tahapan
menuju penyucian jiwa menjadi baik dan sempurna.
BUKU 2 : Akhlak Tasawuf
dan Karakter Mulia
IdentitasBuku :
Prof.Dr.H.Abuddin
Nata, M.A(Rajawali Pers)
Sub 1 : Al-Zuhud
Secara harfiah al-zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat
keduniawian. Sedangkanmenurut Harun Nasuiton zuhud artinya keadaan meninggalkan
dunia dan hidup kematerian. Ada beberapa ulama yang berbeda pendapat dalam
mengartikan zuhud. Sebaian ada yang mengatakan bahwa zuhud adalah orang yang
zuhud di dalam masalah yang haram, karena yang halal adalah sesuatu yang mubah
dalam pandangan Allah, yaitu orang yang debrikan nikmat berupa harta yang
halal, kemudian ia bersyukur dan meninggalkan dunia itu dengan kesadarannya
sendiri dan ada pula yang mengatakan bahwa zuhud adalah zuhud dalam yang haram
sebagai suatu kewajiban.
Zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang sangat penting dalam rangka
mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan di dunia jadi orang yang zuhud itu
hanya mengejar kebahagiaan hidupnya nanti di akhirat yang kekal dan abadi dari
pada mengejar kehidupan di dunia yang hanya bersifat sementara. Hal ini dapat
kita temukan dalam Q.S Al-Nisa/4:77
“katakanlah kesenangan di dunia ini hanya
sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa,
dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”
Ayat di atas menjelaskan bahwa kehidupan di dunia hanya sekejap dan tidak
kekal selamanya.
Sub 2 :Al-Taubah
Al-Taubat berasal dari bahasa Arab taba,yatubu,taubatan
yang artinya kembali sedangkan taubat yang dimaksud oleh kalangan sufi adalah
memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang
sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang disertai
dengan melakukan amal kebijakan. Taubat yang sebenarnya dalam paham sufisme ialah lupa pada
segala hal kecuali tuhan. Orang yang taubat adalah orang yang cinta pada Allah,
dan orang yang demikian senantiasa mengadakan kontemplasi tentang Allah.
Sub 3 :Al-Wara’
Secara harfiah
al-wara’ artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Kata ini
selanjutnya mengandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik. Dan dalam
pengertian sufi al-wara adalah meninggalkan segala yang di dalamnya terdapat
keragu-raguan antara halal dan haram. Kaum sufi menyadari benar bahwa setiap makanan,
minuman, pakaian, dan sebagainya yang haram dapat memberi pengaruh bagi orang
yang memakan, meminum atau memakannya. orang yang demikian akan keras hatinya,
sulit mendapatkan hidayah dan ilham dari tuhan.
Kesimpulan
Buku kedua karya Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A menjelaskan
tentang definisi – definisi daripada al-zuhu, al-taubah, dan al-wara’. Dalam buku
ini pengurutan pendefinisian dimulai dari al-zuhud yang didasari pada konsep zuhud
yaitu meninggalkan kehidupan keduniawian.
Dilanjutkan setelah
proses meninggalkan keduniawian lalu bertaubat kemudan merubah akhlak dan sikap
menjadi seorang yang saleh untuk menuju seorang salik.
PERBANDINGAN :
Dalam hal ini, untuk buku pertama dan buku kedua memiliki
kesamaan tujuan dalam hal pendefinisian tentang apa itu taubat, wara’ , dan zuhud.
Namun didalam buku pertama memiliki kefokusan dan menurut saya merupakan ciri khas
dari buku ini yakni menjelaskan semua tentang segala sesuatu nya berdasarkan pendapat
beberapa kaum sufi yang dikenali dan di teladani oleh Bp Ja’far selaku penulis dari
buku Gerbang Tasawuf ini.
Buku kedua
yang ditulis oleh Bp. Prof. Abudin Natta, mendefinisikan secara ringkas tentang
apa itu tiga tingkatan awal al-maqam yakni al-zuhud, al-taubah, dan al-wara’. Dan
sama – sama memiliki tujuan yang sama dari kedua definisi yang didapat dari kedua
buku ini.
0 comments: