RESUME (Epistemologi Tasawuf: Peran Hati dalam Tasawuf)
IDENTITAS
NIM : 72154050
Prodi/Sem. : Sistem Informasi 1/ Semester 3
Fakultas : Sains dan Teknologi
PerguruanTinggi : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
DosenPengampu : Dr. Ja’far, M.A
Matakuliah : Akhlak Tasawuf
TEMA :
Epistemologi Tasawuf (Peran Hati dalam Tasawuf)
BUKU 1 : Gerbang Tasawuf (Dimensi
Teoritis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi)
IdentitasBuku :
Ja’far, GerbangTasawuf (Medan: Perdana
Publishing, 2016)
Sub 1 :Peran Hati dalam Tasawuf
Didalam Al-Quran disebutkan beberapa istilah ataupun nama
lain dari “Hati”, yakni dengan kata “qalb” , “al-fu’ad”, dan “af’idah”.
Menurut Ahmad Mubarok (Gerbang Tasawuf:2016,34), konsep
tentang fungsi , potensi, kandungan dan kualitas hati juga tertuang dalam
Al-Qur’an Q.S Al-A’raf:179 yang menjelaskan tentang hati(qalb) berfungsi
sebagai “alat untuk memahami realitas dan nilai – nilai serta memutuskan suatu
tindakan”. Maka kemudian di tafsirkan bahwasanya hati(qalb) identik dengan
akal.
Menurut Ja’far(2016:35), di dalam Al-Qur’an dijelaskan
kandungan yang terdapat dalam hati manusia , yakni
1. Penyakit
(Q.S. Ali Imran/3:151).
2. Getaran
(Q.S. Al-Anfal/8:2).
3. Kedamaian
(Q.S. Al-Fath/48:4).
4. Keberanian
(QS. Ali Imran/3:126)
5. Cinta
dan Kasih Sayang (QS. Al-Hadid/57:27)
6. Iman
(QS. Al-Hujurat/49:7)
7. Kedengkian
(QS. Al-Hasyr/59:40)
8. Kesombongan
(QS.Al-Fath/48:26)
Kemudian dijelaskan
menurut pendapat mayoritas kaum sufi bahwasanya akal manusia tidak mampu mencapai
hakikat Allah SWT, dan Al-Qur’an menjelaskan bahwa kelemahan akal bisa ditutupi
dengan hati yang damai(Ja’far:2016,35). Seperti yang disebutkan dalam Q.S
Al-Syua’ara/26:89, “Kecuali orang – orang yang menghadap Allah dengan hati
yang damai”. dan Q.S Al-Shaffat/37:84, “(Ingatlah) ketika ia datang
kepada Tuhannya dengan hati yang damai”. Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya
hati yang damai (bi Qalb Salim) mampu datang dan menghadap kepada Allah SWT.
Berdasarkan isi buku
Gerbang Tasawuf karangan Dr. Ja’far, MA , pendapat dari salah satu kaum sufi
yakni Al-Ghazali menjabarkan tentang hati yang digunakan sebagai sarana untuk
menggali dan menemukan ilmu lebih dalam lagi, dengan hati mampu meraih ilmu
tentang-dan menyaksikan wujud – wujud spiritual, hal – hal yang memiliki sifat
rabaniyah dan hikmah , serta meraih ilmu mengenai banyak hal tanpa melalui
proses belajar dan usaha, melainkan dengan ketekunan ibadah dan zuhud terhadap
dunia.
Kesemua hal tentang
meraih ilmu dengan hati seperti yang diungkapkan diatas, menurut Al-Ghazali,
proses – proses tersebut terlaksana berkat kemampuan hati yang mampu meraih
ilmu – ilmu tersebut melalui dalil yang disebut Ilham yang muncul pada
hati yang suci (Ja’far:2016,38).
Kesimpulan
Dari penjelasan tentang hati diatas, dapat saya simpulkan
bahwasanya dalam proses ilmu tentang tasawuf yang berfokus pada penyucian jiwa
manusia, hati sangatlah berperan penting dalam mendukung proses penyucian jiwa
manusia. Hal ini berdasarkan dari kuatnya dorongan dari hati dan pengaruh hati
yang sangat besar terhadap sikap dan kemauan manusia untuk dapat berfokus pada
penyucian jiwa dan keseluruhan nya untuk dapat mencapai tingkatan tasawuf kaum
sufi kepada level tertinggi yaitu dapat menerima ilham dari Allah SWT dengan
proses pendekatan diri manusia kepada Allah SWT. sang maha kuasa.
BUKU 2 : Tasawuf Studies (Pengantar
Belajar Tasawuf)
IdentitasBuku :
Ni’am Syamsun,Tasawuf Studies(Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2014)
Sub 1 : Ruang Lingkup Kajian Tasawuf(Objek Kajian Tasawuf)
Dalam buku Tasawuf
Studies, peranan dan penjelasan tentang hati dalam ilmu tasawuf dijabarkan
dalam BAB V dan dikategorikan sebagai objek kajian tasawuf. Objek – objek kajian
tasawuf yang tertuang dalam buku ini ialah, Ar-Ruh, An-Nafs, al-Qalbu(hati),
ash-shadr, al-fu’ad, dan al-lubb(Ni’am Syamsun,Tasawuf Studies:2014,88).
Menurut Ni’am(2014:76)
Hati adalah gejala dari ruh, Ia mempunyai dua kekuatan , yaitu kekuatan nafsu
amarah dan kekuatan nafsu muthmainnah. Nafsu amarah mendorong manusia untuk berbuat
jahat, dan nafsu muthmainnah mendorong manusia untuk berbuat kebaikan(membawa
kepada kesempurnaan jiwa).
Seorang tokoh sufi Khurasan,
Al-Hakim at-Tarmidzi(255-320 H.), menjelaskan bahwa objek dan sasaran kajian
Tasawuf terdiri dari empat tingkatan, yaitu:
1. Ash-Shadr
Berfungsi
sebagai sumber dari cahaya islam (Nur al-Islam), yaitu sikap ketundukan yang
diekspresikan dalam bentuk fisik, seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya.
Ash-shadr adalah tempat penyimpanan ilmu yang menjadikan orang mampu dan mau
mengerjakan aturan syariat. Diperoleh melalui mendengarkan berbagai nasihat dan
membaca.
2. Al-qalb
dalam Ash-Shadr
Sumber
dari cahaya keimanan (nur al-Iman). Cahaya keimanan ini bersifat konstan, tidak
secara perlahan – lahan atau berangsur – angsur. Berfungsi sebagai sumber ilmu
yang bermanfaat. Ilmu yang bersumber dari Al-Qalb ini lebih tinggi kualitasnya
daripada ilmu yang diperoleh dari Ash-shadr karena ilmu tersebut diberikan
langsung dari Allah Swt.
3. Al-Fu’ad
dalam Al-qalb
Sumber
dari cahaya Makrifat. Cahaya dalam al-fuad berbeda dengan yang dimiliki dalam al-qalb,
sebab cahaya dalam al-qalb hanya mampu menimbulkan ilmu tentang hakikat, sedangkan
cahaya fu’ad mampu melihat realitas dari hakikat. Maka al-fuad berfungsi untuk
mengetahui realitas
4. Al-Lubb
dalam al-fu’ad
Sumber
dari cahaya tauhid yang merupakan basis dari ketiga cahaya sebelumnya. Cahaya tauhid
inilah yang menerima rahmat dari Allah Swt
(Ni’am
Syamsun:2016,76-77).
Kesimpulan
Dari hasil keterangan dan penjabaran – penjabaran yang
telah dijelaskan diatas, maka dapat saya ambil maknanya yaitu, didalam sebuah
hati terdapat beberapa bagian – bagian terpenting yang sangat berperan dalam
kehidupan manusia terkhusus pada proses penyerapan berbagai macam ilmu dalam
tujuan nya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. sang pencipta dan
penguasa alam semesta.
Dalam pembahasan
menuju penyucian jiwa ilmu tasawuf, bagian – bagian yang terdapat dalam hati
manusia sangat lah berperan penting dalam faktor yang sangat mempengaruhi
proses manusia menuju tasawuf untuk menyucikan jiwa dari hal – hal yang
bersifat kebinatangan.
PERBANDINGAN :
Dalam
buku gerbang tasawuf karya Bp. Dr. Ja’far, M.A, penjelasan tentang peran hati dalam ilmu tasawuf mengambil sumber dari
Al-Qur’an dan berfokus pada pendapat salah satu kaum Sufi Al-Ghazali yang
menekankan pembahasan mengenai peran hati pada manusia dalam kaitannya kepada
proses pemahaman ilmu yang apabila memiliki hati yang damai dan suci dapat
menyerap ilmu tanpa perlu melalui proses belajar dan usaha. Dengan catatan
ilham akan didapatkan hanya oleh seorang yang benar – benar suci dan damai
hatinya menurut kesucian dan kedamaian yang dituangkan dalam Al-Qur’an.
Dalam buku Tasawuf Studies karangan Bp. Dr. H. Syamsun Ni’am, berfokus pada penjabaran bagian – bagian dalam hati yang
sangat berperan dalam proses manusia mempelajari ilmu – ilmu khususnya tasawuf
untuk tujuan pendekatan diri kepada Allah Swt. yang bersumber dari pendapat
salah seorang kaum sufi lainnya dari suku Khurasan Al-Hakim at-Tarmidzi.
0 comments: