Puisi - puisi Karya Saiful Amri, S.Pd (Sastrawan medan)
1.Mereka
pada sela tak
terjamah pandang
mereka menguliti
nurani
bernanah
borok di sekujur
kepala
baunya tak lagi
bau manusia
kalah harum oleh
anjing import
mereka di
mana-mana
pada setiap
celah matahari
akrab dengan
embun
bersahabat mimpi
pagi kering tak
pernah henti
menuai sesal
pada angin
pada tempat
lahir
pada semua
kumuh
tak ada raskin
yang singgah ke situ
nama mereka tak tercatat dalam warga negara
mereka
tengadahkan tangan di lumbung padi ini
menunggu
kematian massal
Medan, Juni 2008
2.Dia Lapar
Tak ada lagi
suara
Energi tangis
habis
Tangan lemah tak
lagi menjulur
bilik sepi
Menghadap Ilahi ketika
tetangga pergi
Air mata
berduyun-duyun
Mengantar sesal
tanpa makna
Medan, Mei 2008.
3.ELEGI HIJAU
dua helai daun
rebah di bumi
berdekap erat
tertimbun pasir mengering
genggaman kasih
sepenuh air murni pada sejuk pegunungan
terkubur di situ
pada bumi mengering dan pasir bertajam kaca
hujan menyapa dengan
palu guntur
dua helai daun
tertusuk beribu jarum
nafas pergi
ditimpa dingin
tengah malam
tertimbun lumpur
pembawa aroma kubur
dua helaii daun
pembawa hijau kasih
tak tercatat
pada sanubari ketandusan
tak
termakna sebagai nikmat
tersulap sebagai
kabar bencana
Gang
Umar, Mei 2008
4.BOLA MATA
PURBA
Setelah lama kumati
Pagi ini aku
hidup kembali
Karena tatapan
pijarmu
Sebelum lahir
Aku telah rindu
5.PEREMPUAN
BERBU BUNGA
kau julurkan
harum
pada penat itu
aku tak bisa membau
hanya rongga
kosong di sini
matamu berdelat
mengundang nyali
terbakar haus
menjadi api
kita pada
simpangan
penuh beda
sayangku
6.HARAPAN PADA
BULAN
bulan bermata
pijar
menuansa pada
angan tua
tanganku rengat
hati berdegap
tercambuk bias
pijarmu
apakah bila
tubuh ini rengat, rengat juga mimpiku
membusuk di
makan ulat
terkubur bersama
tulang-tulang
mati
diam pada alam
baru
bulan bermata
pijar
dekap aku
hilangkan rengat
ini.
7.RINDU INI
SANGAT BERHARGA
Jakarta- Amerika
tidak jauh
hanya mahal
rinduku masih di
bumi
terlalu mahal
kuhampiri
8.DARA PESONA
daun rindang dan
bening air
melalui taman
rumahmu
ketika mimpiku
menghampiri jelajah hati
kau tanam
pada dasar asa terdalam
termimpi
pada malam
paling singkat
senyummu kucerna
sepanjang hidup
9.Catatan Abjad
pesona rumah
berpijar menabur
cinta
selalu menyambut
embun
mengetuk batin
memberi gairah
pada gordyn
indah
bertumpuk
harapan
dapur hingga
hari depan
pesona rumah
berkecimpung
masuk pada asamu
hari masih juga
menggoda
sapamu ke sisi
lain
menerbangkanmu
mendaratkan
hati
kau sebut sebuah
nama
atas hidup masa
lalu
sua itu menabur
rindu
hati tanpa
peduli
kau bawa
pada rumah kotak
di tengah kota
menembus terik
di atas kereta
kau tangkap
abjad terakhir
kau bawa terbang
mengisi mimpi
sepanjang malam
tak juga kau
tutup buku?
abjad sudah
terakhir
tak ada lagi
kisah, kawan!
Mei 2008
10.Benarkah Ini Nyata?
anak kandung yang kau tirikan
beranjak tua
siang malam
menyaksikan mata pisau
kau tikam pada
jantung renta
tagis anak dan
istri
menggugatku
sebagai bapak
di rumah ini
kalian
kelakar
mencibirku
memberi merek
buram pada namaku
semoga Tuhan
tetap Mahaadil
Medan, Mei 2008
11.RINDUKU PADA
CINTAMU
Malam,
di mana kau
sembunyikan cinta
aku tekapar,
melolong melebihi anjing
mengais cinta
sampai ke comberan
aku rindu puisi
cinta dari rahim putihmu
penyejuk yang
melebihi teduh rambut istriku
malam,
anakku buta
mencari nenek
mengucap kata
“Bapak, carikan
aku nenek yang baik”
bunga putih,
harumkan hatiku
atas malam ini
putihkan jiwaku
dari dera
pancarkan Tuhan
Pemurah padaku
agar Dia tak
memurkaku
Mei, 2008
100.Baju Hitam
Setangkai Malam
membajui tubuhku
Menjalar hingga
kepala
Mewarna gelap
Abu-abu
Bintang yang
kupanggil, menjauh
Meninggalkan
luka
Membaui rumah
kumuh
Aku masih tetap
malam
Merindu fajar
Tanpa ujung
Terpintal-pintal
di naluri
Kelurahan Sidorejo, Mei 2008
12. Bahan Bakar
Minyak
matahari bumiku
maafkan kami
yang sombong
atau kami yang
takut
atau kami yang
bodoh
selalu mengangungkan minyak
Kelurahan Sidorejo, Mei 2008
13Jangan Sampai
Matahari Murka
kita selalu alpa
bersyukur
pada tropis
iklim kita
pada katulistiwa
yang tak pernah bergeser
kita selalu
terlambat bermimpi
pada atap-atap
kita
yang memiliki
daya hidup
seumur matahari
masih juga kita
mengagungkan bangkai
berharap ribuan
jiwa mati
menjadi fosil
menghidupi mesin
buatan kita
bagaimana jika
matahari murka
tak mau hadir di
negeri tropis
masih layakkah
kita menyesal
atas pengabaian
kita sendiri
Kelurahan Sidorejo, Mei 2008
14.Langkah
malam,
ceritalah padaku
tentang kepak elang
mencari langit
membiru tadi siang
pagi,
berikan embunmu
aku ingin
menyegarkan alam
menyejukkan penghuninya
menyiapkan senja
dan malam
untuk megah medan yang menua
Medan, Mei 2008