Showing posts with label Puisi. Show all posts

Puisi Sastrawan Medan Junior

Puisi-puisi M.S. Raharjo.

  1. INDONESIA

Berjuta masalah
Mengalir ke semua pulaumu
Membanjiri pemerintahan
Mengacaukan  negara
Bangsa ini semakin terpuruk .
Tak Terbendung.
Seperti tanggul yang lembek...
                                                                                    Deliserdang , Indonesia 2013

  1. KETIKA HUTANG MELINGKAR

Mentari pun mencengkram wajah.
Hembusan angin bawa debu sesak
Padat dalam emosi
Terjerat penjara berlapis baja

Terisolasi kuat
Sangat Kuat
Membuat gema tangis dalam kurungan
Pencegahan, Investasi, Antisipasi
Tak mampu tangkis serangan
Matikan asa dalam jiwa...
Entah .. harus apa lagi..

Satu yang pasti
Hanya mukjizat ilahi jadi solusi
                                                                                                Bandar Setia, 2013



  1. POTRET PENDIDIKAN

Jarum jam berputar
Menyokong jabatan yang entah darimana
Samakan makhluk dengan logam plat sirkuit
Seakan lampaui kuasa ilahi

Semudah air mengalir
Bibit petaka tumbuh subur rambati jabatanmu
Hingga traktor mustahil babat mereka semua
Habislah konsep kesempurnaan pendidikan

Ketika UN tak lagi Nasional
Bangkitlah sosok UN Lokal
Bersama kompeni iblis nya
Hembuskan kegelisahan yang memanas

Hanguskan asa penerus bangsa
Habis terbakar api kelalaian dan keremehan
Hingga mustahil tuk dipadamkan oleh siapapun
Tersisa pemegang kunci memakai lensa hitam di matanya

Inikah tanda ilahi
Akan kehancuran pendidikan modern
Oleh pemimpin yang sibuk
Benahi sokongan jabatannya?


                                                                                    Deliserdang , Indonesia 2013
Read more

PUISI SOSIAL

Puisi - puisi Karya Saiful Amri, S.Pd (Sastrawan medan)

1.Mereka

pada sela tak terjamah pandang
mereka menguliti nurani
bernanah
borok di sekujur kepala
baunya tak lagi bau manusia
kalah harum oleh anjing import

mereka di mana-mana
pada setiap celah matahari
akrab dengan embun
bersahabat mimpi

pagi kering tak pernah henti
menuai sesal
pada angin
pada tempat lahir
pada semua
kumuh

tak ada raskin yang singgah ke situ
nama mereka  tak tercatat dalam warga negara
mereka tengadahkan tangan di lumbung padi ini
menunggu kematian massal

                                                                                    Medan, Juni 2008


2.Dia Lapar

Tak ada lagi suara
Energi tangis habis
Tangan lemah tak lagi menjulur

bilik sepi
Menghadap Ilahi ketika tetangga pergi
Air mata berduyun-duyun
Mengantar sesal tanpa makna

                                                                                    Medan, Mei 2008.

3.ELEGI HIJAU
dua helai daun rebah di bumi
berdekap erat tertimbun pasir mengering
genggaman kasih sepenuh air murni pada sejuk pegunungan
terkubur di situ
pada  bumi mengering  dan pasir bertajam kaca

hujan menyapa dengan palu guntur
dua helai daun tertusuk  beribu jarum
nafas pergi
ditimpa dingin tengah malam
tertimbun lumpur pembawa aroma kubur

dua helaii daun pembawa hijau kasih
tak tercatat pada sanubari ketandusan
tak termakna  sebagai nikmat
tersulap sebagai kabar bencana
                                                                        Gang Umar, Mei 2008



4.BOLA MATA PURBA

Setelah lama kumati
Pagi ini aku hidup kembali
Karena tatapan pijarmu

Sebelum lahir
Aku telah rindu

5.PEREMPUAN BERBU BUNGA
kau julurkan harum
pada penat itu aku tak bisa membau
hanya rongga kosong di sini

matamu berdelat
mengundang nyali
terbakar haus
menjadi api

kita pada simpangan
penuh beda
sayangku

6.HARAPAN PADA BULAN
bulan bermata pijar
menuansa pada angan tua

tanganku rengat
hati berdegap
tercambuk bias pijarmu

apakah bila tubuh ini rengat, rengat juga mimpiku
membusuk di makan ulat
terkubur bersama tulang-tulang mati
diam pada alam baru

bulan bermata pijar
dekap aku
hilangkan rengat ini.

7.RINDU INI SANGAT BERHARGA
Jakarta- Amerika tidak jauh
hanya mahal
rinduku masih di bumi
terlalu mahal kuhampiri


8.DARA PESONA
daun rindang dan bening air
melalui taman rumahmu
ketika mimpiku menghampiri  jelajah hati

kau tanam
pada  dasar asa terdalam
termimpi
pada malam paling singkat
senyummu kucerna sepanjang hidup


9.Catatan Abjad

pesona rumah
berpijar menabur cinta
selalu menyambut embun
mengetuk batin
memberi gairah

pada gordyn indah
bertumpuk harapan
dapur hingga hari depan

pesona rumah
berkecimpung
masuk pada asamu

hari masih juga menggoda
sapamu ke sisi lain
menerbangkanmu
mendaratkan hati  
kau sebut sebuah nama
atas hidup masa lalu

sua itu menabur rindu
hati tanpa peduli
kau bawa
pada rumah kotak di tengah kota
menembus terik

di atas kereta
kau tangkap abjad terakhir
kau bawa terbang
mengisi mimpi sepanjang malam
tak juga kau tutup buku?

abjad sudah terakhir
tak ada lagi kisah, kawan!


Mei 2008

10.Benarkah Ini Nyata?

anak kandung yang kau tirikan
beranjak tua

siang malam menyaksikan mata pisau
kau tikam pada jantung renta

tagis anak dan istri
menggugatku sebagai bapak

di rumah ini
kalian kelakar 
mencibirku
memberi merek buram pada namaku

semoga Tuhan tetap Mahaadil
                                                                        Medan, Mei 2008




11.RINDUKU PADA CINTAMU

Malam,
di mana kau sembunyikan cinta
aku tekapar, melolong melebihi anjing
mengais cinta sampai ke comberan

aku rindu puisi cinta dari rahim putihmu
penyejuk yang melebihi teduh rambut istriku

malam,
anakku buta mencari nenek
mengucap kata
“Bapak, carikan aku nenek yang baik”

bunga putih,
harumkan hatiku atas malam ini
putihkan jiwaku dari dera
pancarkan Tuhan Pemurah padaku
agar Dia tak memurkaku

                                                Mei, 2008


100.Baju Hitam

Setangkai Malam membajui tubuhku
Menjalar hingga kepala
Mewarna gelap
Abu-abu

Bintang yang kupanggil, menjauh
Meninggalkan luka
Membaui rumah kumuh

Aku masih tetap malam
Merindu fajar
Tanpa ujung
Terpintal-pintal di naluri
                                                Kelurahan Sidorejo, Mei 2008


12. Bahan Bakar Minyak

matahari bumiku
maafkan kami yang sombong
atau kami yang takut
atau kami yang bodoh
selalu  mengangungkan minyak
                                                            Kelurahan Sidorejo, Mei 2008

13Jangan Sampai Matahari Murka

kita selalu alpa bersyukur
pada tropis iklim kita
pada katulistiwa yang tak pernah bergeser

kita selalu terlambat bermimpi
pada atap-atap kita
yang memiliki daya hidup
seumur matahari

masih juga kita mengagungkan bangkai
berharap ribuan jiwa mati
menjadi fosil
menghidupi mesin buatan kita

bagaimana jika matahari murka
tak mau hadir di negeri tropis
masih layakkah kita menyesal
atas pengabaian kita sendiri
                                                            Kelurahan Sidorejo, Mei 2008

14.Langkah

malam,
ceritalah padaku tentang kepak elang
mencari langit membiru tadi siang

pagi,
berikan embunmu
aku ingin menyegarkan alam
menyejukkan penghuninya
menyiapkan senja dan malam
untuk megah medan yang menua
                                                            Medan, Mei 2008

Read more

Puisi Cinta :*

-->
Berikan  Aku  Kejelasan


Di sini,
Ku terpaku dalam diam
Yang tak tahu dimana ujungnya
Menanti penjelasanmu
Akan semua kejadian ini

Wahai kembang melati,
Mengapa tak kau berikan arti
Pada semua gerak mu
Saat engkau tertiup angin yang berhembus?

Berikan hati ini kejelasan
Akan semua gerakan mu

                                                                             Medan, Maret 2012
Read more