RESUME (Al-Ahwal :Muraqabah dan Khauf)

IDENTITAS
Nama                           : Muhammad Sabrino Raharjo
NIM                            : 72154050
Prodi/Sem.                  : Sistem Informasi 1/ Semester 3
Fakultas                       : Sains dan Teknologi
PerguruanTinggi          : Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
DosenPengampu         : Dr. Ja’far, M.A
Matakuliah                  : Akhlak Tasawuf

TEMA                                    : Al-Ahwal (Muraqabah dan Khauf)

BUKU 1                     : Gerbang Tasawuf (Dimensi Teoritis dan Praktis Ajaran Kaum Sufi)
IdentitasBuku            : Ja’far, GerbangTasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2016)

Mengenal al-Ahwal
Sebagian sufi pernah menyebut beberapa contoh al-ahwal adalah al-muraqabah, al-khauf, al-raja’, dan al-syawq(Ja’far:2016,85).
Pengertian singkat mengenai al-ahwal ialah merupakan sebuah tingkatan pengajaran sufi yang tidak diraih secara mandiri melainkan merupakan sebuah anugerah dari Allah Swt. yang diberikan kepada ummatnya yang dikehendaki.
Al-ahwal tidak diraih secara mandiri, melainkan anugerah dari Allah Swt. dan keadaannya tidak kekal dalam diri seorang salik(Ja’far:2016,85).

Sub 1 :Al-Muraqabah
Dirangkum menurut Ja’far(2016:86):
Menurut al-Qusyairi muraqabah didasari oleh Q.S al-Ahzab:52 serta hadis Nabi Muhammad Saw. mengenai al-Iman,al-islam, dan al-ihsan, dimana makna al-ihsan merupakan isyarat dari muraqabah yang merupakan ilmu hamba untuk melihat Allah Swt., dan hati meyakini bahwa Allah swt. maha pengawas, mengetahui keadaannya , melihat perbuatannya dan mendengar ucapannya. Keadaan seperti ini dirasakan oleh seorang salik ketika ia sedang pada posisi mengawasi dirinya.
Secara kesimpulan muraqabah diartikan sebagai keyakinan seorang salik bahwa dirinya selalu diawasi oleh Allah Swt. dalam berbagai aktifitasnya., sehingga ia hanya melakukan amal kebaikan dalam hidupnya dan membenci tidak akan ingin melakukan perbuatan maksiat dan dosa(Ja’far,Gerbang Tasawuf : 2016,86).

Sub 2 : al-Khauf (Takut)
Hakikat al-khauf dapat ditemukan dalam hadis , atsar, dan al-qur’an pada Q.S al-Fathir:28, Q.S Al-Bayyinah:8, Q.S ali-Imran: 175, Q.S al-A’la:10, Q.S al-Rahman: 46 dan Q.S as-Sajjadah:16 (Ja’far. 2016:86).
Menurut al-Qusyairi, makna takut kepada Allah Swt. adalah taku kepada siksaan-Nya, baik didunia maupun di akhirat. Abu al-Qasim al-Hakim mengatakan khauf memiliki dua bentuk, Rahbah yakni orang yang berlindung kepada Allah Swt. dan Khasyyah yakni orang yang ditarik kendali ilmu dan melaksanakan kebenaran(Ja’far:2016,88).

Kesimpulan
Al-Ahwal merupakan sebuah keadaan anugerah dari Allah dimana tidak dapat diraih secara mandiri melainkan diberikan oleh Allah Swt. kepada hambanya yang dikehendaki dan tidak memiliki keadaan yang kekal dalam diri seorang salik.
Muraqabah merupakan suatu keadaan seorang salik yang selalu merasa diawasi oleh Allah Swt., dalam setiap kegiatannya selama ia telah menjalani serangkaian kegiataan dalam hidup menuju kedekatan diri kepada Allah Swt.
Al-Khauf merupakan perasaan takut seorang Hamba kepada Allah Swt. yang menjadikannya hamba tersebut sangat takut akan siksaan-Nya baik di dunia maupun di akhirat dalam konteks menjadi semakin taat dalam mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.







BUKU 2                     : Ilmu Tasawuf
IdentitasBuku            : M. Alfatih Suryadilaga., dkk (Yogyakarta:KALIMEDIA, 2016)

Al-Ahwal
Al-Ahwal merupakan bentuk jamak dari kata Al-Hal. Secara leksikal artinya keadaan. Atau hal sendiri sudah menjadi bahasa Indonesia. Sedangkan menurut mutashawwifin , hal adalah perasaan dalam hati yang muncul dengan spontan seperti sedih, takut, lapang dada atau sempit, rindu, atau kecenderungan hati (alfatih:2016,95).
Abu Qasim al-Junaidi berkata , hal adalah perolehan yang mengena dalam hati tanpa adanya usaha. Dikatakan bahwa hal adalah dzikir khafi. Al-ahwal muncul dalam hati seorang salik secara spontanitas(alfatih:2016,96).

Sub 1 : Al-Muraqabah
Al-Muraqabat wal al-Qurb adalah keadaan jiwa seorang sufi yang timbul semacam makrifat kepada Allah. Keadaan tersebut selanjutnya akan melahirkan aktivitas amal perbuatan, baik dilakukan oleh anggota badan ataupun hati. Keadaan dimaksud adalah kemasygulan menyebut atau mengingat Allah serta selalu mengincar-Nya(alfatih:2016,108).

Sub 2 : Al-Khauf
Al-Kahuf wal al-Raja’ dalam pandangan al-Muhasibi memiliki peran yang sangat penting dalam perjalanan spiritual sesorang sebagai medium untuk senantiasa rajing menghitung – hitung diri (muhasabah). Ia mengaitkan al-Khauf wal al-Raja’ ini dengan etika beragama. Bagi siapa saja yang memiliki keduanya, maka sesungguhnya ia telah terikat dengan etika – etika beragama. Karena pangkat taat adalah wara’ pangkal wara’ adalah taqwa dan pangkalnya taqwa adalah muhasabah al-Nafs, dimana hal ini berpangkal pada al-Khauf wal Al-Raja’(alfatih:2016,108).

Kesimpulan
Al-ahwal adalah keadaan perasaan hati seperti sedih, takut, lapang dada, rindu, ataupun kecenderungan hati yang muncul secara spontan tanpa diperlukan usaha yang langsung mengena dalam hati .
Al-Muraqabah merupakan sebuah perasaan semacam makrifat kepada Allah yang menimbulkan dorongan untuk melakukan kegiatan amal perbuatan yang selalu mengingat Allah serta selalu mengincar-Nya setiap waktu.
Al-Khauf perasaan yang ingin selalu me-muhasabah diri dalam rangka takut menjadi buruk dan ingin selalu ber-etika dalam beragama dimana seseorang menjadi lebih bertaqwa dan senantiasa bermuhasabah.

PERBANDINGAN  :
            Buku pertama menjelaskan bahwa al-ahwal merupakan sebuah anugerah yang diberikan Allah Swt. kepada seorang salik yang sudah menjalani tingkatan – tingkatan perjalanan menuju sufi yang juga merupakan bentuk keadaan hati dan jiwa ataupun perasaan seorang salik tersebut sebagai hasi dari perjalanan spiritualnya.
Dengan dua diantaranya keadaan tersebut adalah muraqabah yakni perasaan selalu diawasi, dan al-khauf yakni perasaan takut akan siksaan-Nya baik didunia maupun diakhirat.
            Buku kedua mengungkapkan al-ahwal muncul secara spontanitas dalam hati dan perasaan seseorang tanpa memerlukan adanya usaha yang merupakan sebuah dzikir khafi dalam hati seorang hamba.


0 comments: